• potensi budidaya kelinci sebagai solusi rendahnya kepemilikan tanah petani


    tulisan ini merupakan salah satu PKM yang saya ajukan yakni di bidang kewirausahaan. berikut berisi gambaran umum mengenai usaha yang insyaallah jika di terima oleh dikti akan saya lakukan bersama tim
     Gambaran Umum Usaha
                    lahan pertanian di indonesia telah mengalami konversi secara cukup drastis. lahan pertanian tersebut telah dikonversi menjadi perumahan, pusat perbelanjaan, ruko, dan lain  sebagainya. hal ini secara tidak langsung berdampak terhadap kepemilikan lahan petani yang semakin kecil. padahal, dilain pihak kebutuhan masyarakat  akan bahan makanan semakin meningkat. serta, hal ini juga berimbas kepada menurunnya daya produksi dan pendapatan serta daya krativitas petani.
                    berdasarkan masalah tersebut perlu adanya suatu solusi, dimana petani dapat menghasilkan suatu bahan makanan walaupun dengan kepemilikan tanah yang tidak begitu besar. bahkan, dapat dilaksanakan dengan berbasis lahan pekarangan rumah.
                    salah satu solusinya yakni pemanfaatan lahan kosong atau dalam hal ini seperti pekarangan rumah sebagai tempat budidaya kelinci unggul. Hewan kelinci menjadi salah satu hewan yang dapat dikembangkan di masyarakat sebagai ternak potong, selain mudah dan  tidak terlalu mengeluarkan dana besar, juga menguntungkan. perbedaan dalam berternak kelinci dengan hewan lain diantaranya, mudah dalam perawatan, murah, dan kelinci mampu berkembang biak sangat pesat, jadi dilihat nilai ekonomisnya, berternak kelinci sangat menguntukan tanpa resiko yang besar.
                    Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:
     1. Biaya Produksi
             a.. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
             b. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
             c. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
             d. Pakan
                    * Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
                    * Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
             e. Obat Rp. 1.000.000,-
             f. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
                Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
       2. Pendapatan
          Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
          Penjualan:
             1. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
             2. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
             3. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
             4. Bulu Rp. 750.000,-
                Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
       3. Keuntungan Rp. 12.550.000,-
                    Harga kelinci siap potong di pasaran  kini mencapai Rp 40.000 untuk ukuran sedang, dan Rp 50.000 untuk ukuran besar. Rata-rata setiap ekor kelinci mampu menghasilkan 100 tusuk sate, dengan harga setiap porsinya Rp 15.000.telah banyak yang diolah sebagai makanan lauk seperti sate, gulai kelinci, dan pedagang juga sudah merasakan keuntungan yang cukup menggiurkan.
                    Kendala yang dihadapi saat ini yakni pasokan kelinci, karena terkadang sulit mendapatkan kelinci potong, kalaupun ada itupun berasal dari luar daerah dengan harga yang tinggi, mencapai Rp 70.000/ekor. berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan daging kelinci sangatlah tinggi. bahkan, melebihi produksi yang dihasilkan oleh para peternak. sehingga, usaha di bidang ini sangatlah potensial dalam menghasilkan pundi-pundi keuntungan. serta,Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar